Teknologi ICT untuk pembelajaran di Kelas
Seminar Pemanfaatan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi di
kelas berlangsung di gedung JCC Jakarta 5 Mei 2012. Pemanfaatan TIK
akan membantu konten dari guru sudah baik dari sisi perencanaan
pengajaran. Guru bisa mulai dari tujuan pembelajarannya apa? dari situ
tentukan mau gunakan alat/situs/software . Ada prinsip yang sangat
mendasar dalam hal pemanfaatan TIK yaitu guru perlu tahu hasil akhirnya
saja, soal cara menggunakannya? bisa sambil jalan. Artinya siswa
sekarang bisa dengan cepat mempelajari sesuatu apalagi belajar dan
menguasai teknologi. Guru hanya perlu menyuruh mengarahkan sambil
ememinta siswa saling mengajarkan satu dengan yang lainnya.
Prinsip menjadikan sekolah sebagai komunitas
It Takes a Village to Raise a Child
African Proverb
Apakah sekolah anda adalah sebuah komunitas? atau sekedar tempat berkumpulnya orang-orang dari jam 7 pagi – 3 sore. Komunitas yang saya maksud adalah sebuah lingkungan mendukung yang membuat individu yang ada didalamnya merasa senang , aman belajar dan bebas mengemukakan pendapat. Menjadi seorang yang merasa dekat dengan komunitas di sekolahnya adalah tantangan bagi semua pengelola sekolah. Banyak murid yang lebih cinta & bangga pada komunitas diluar sekolah daripada sekolahnya sendiri. Ciri utama sekolah yang berhasil menjelma jd komunitas adalah sukses menjaga perasaan orang-orang yang ada di dalamnya
Saya ingat beberapa bulan lalu ada seorang public figure bercerita bahwa anaknya stress karena sering diejek oleh temannya soal statusnya sebagai anak adopsi. Pertanyaan saya adalah kemana guru-guru dan sekolahnya. Apakah yang sudah dilakukan sekolah tersebut sebagai sebuah komunitas dalam menjaga perasaan orang-orang yang ada didalamnya. Berikut ini adalah beberapa prinsip sekolah sebagai komunitas dari sisi guru, orang tua siswa dan pengelola sekolah
Bagi guru
- Ukuran sekolah sebagai komunitas siswa baru tidak dikerjai siswa lama, guru baru tidak diospek guru lama
- Bebas dari bullying, antar guru dan antar siswa atau guru ke siswa dan sebaliknya
- Orang tua diperlakukan sebagai mitra bukan klien yang mesti disenang2kan hatinya
- Siswa yang lambat belajarnya dicarikan jalan keluar, semua bahu membahu cari solusi
- Guru masa kini adalah ia yang jadi pemimpin komunitas pembelajar di kela tugas guru di kelas adalah membentuk komunitas, bukan individu siswa yang saling bersaing
- saatnya mengubah istilah, guru lagi mengelola kelas, sekarang jamannya membuat komunitas pembelajar di kelas
- Guru yang pintar dan profesional,selalu punya komunitas, twitter adalah komunitas dalam genggaman
- Orang tua siswa memperlakukan guru sebagai mitra bukan vendor yang bisa ‘ditunjuk’ pekerjaannya
- Orang tua siswa selalu berupaya menempatkan guru anaknya sebagai profesional, bukan cuma menitipkan terima beres
- tidak hanya guru dan sekolah yang bertanggung jawab tapi orangtua & lingkungan keluarga berperan penting sekolah sebagai komunitas
- Kepala sekolah sibuk lakukan ‘coaching’ pd guru2nya, guru2 sibuk cari solusi bagi permasalahan di kelasnya
- Guru akan senang utk kembali belajar jika sekolah bisa ciptakan komunitas pembelajar di sekolah
- Ciri-ciri komunitas yang sehat adalah rasa saling percaya jika membuktikan bahwa jika guru didukung dlm suasana yg sehat ia akan jadi mahluk yg percaya diri dan siap berubah
- Prinsip hubungan antara kepala sekolah & guru adalah kemitraan, dalam komunitas yang sehat kemitraan sangat perlu dalam menjaga suasana saling mendukung antar individu.
- kepala sekolah yang baik, membantu dengan sekuat tenaga agar gurunya bisa memimpin, karena komunitas yang sehat selalu bisa melahirkan pemimpin.
Tulisan mengenai blog ini di blog Bapak Putra Sampoerna
puterasampoerna.com
KATA orang, hidup tak akan berarti tanpa mimpi. Hidup menjadi kurang bermakna tanpa tujuan dan motivasi yang tinggi. Pun halnya dalam melakukan sesuatu, mengeja masalah, lalu kemudian memecahkannya. Membenamkan diri pada hal yang disukai misalnya, adalah salah satu cara mencintai dan berdedikasi. Termasuk pada pekerjaaan yang kita geluti sehari-hari. Apapun pekerjaan kita di luar sana, menjalaninya dengan hati adalah salah satu kunci atas pencapaian tertinggi. Lalu pertanyaannya, seberapa besar irisan hati yang kita bagi?
KATA orang, hidup tak akan berarti tanpa mimpi. Hidup menjadi kurang bermakna tanpa tujuan dan motivasi yang tinggi. Pun halnya dalam melakukan sesuatu, mengeja masalah, lalu kemudian memecahkannya. Membenamkan diri pada hal yang disukai misalnya, adalah salah satu cara mencintai dan berdedikasi. Termasuk pada pekerjaaan yang kita geluti sehari-hari. Apapun pekerjaan kita di luar sana, menjalaninya dengan hati adalah salah satu kunci atas pencapaian tertinggi. Lalu pertanyaannya, seberapa besar irisan hati yang kita bagi?
Menyambung tulisan saya mengenai pengajar muda dari Indonesia Mengajar di postingan sebelumnya,
kali ini saya ingin mengangkat tentang salah satu guru terbaik yang
dimiliki negeri ini: Agus Sampurno.Mengapa sosok yang kesehariannya
mengajar di salah satu sekolah dasar di Jakarta ini menarik?Pertama,
bidang yang ia tekuni sejalan dengan salah satu pilar Putera Sampoerna Foundation,
yaitu pendidikan. Profesi menjadi guru sudah tentu merupakan kontribusi
nyata seseorang dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kedua, menjadi
guru kreatif yang berusaha menjawab tantangan persoalan pendidikan,
khususnya di sekolah dasar bukanlah hal yang sederhana.
Kompleksitas masalah pendidikan ini sulit didedah jika kita tidak
berdiskusi tentang konsep pendidikan hingga level paradigma. Dan ketiga,
tenggelam sekaligus menggali intan di dasar keilmuan keguruan tentu
membutuhkan loyalitas tinggi serta ketekunan yang berbeda. Mengingat hal
ini merupakan sesuatu yang tidak banyak dilakukan oleh, bahkan, mereka
yang berprofesi sebagai guru itu sendiri.Jika kita sepakat bahwa
kualitas pendidikan suatu negara juga dapat diukur dari kualitas lulusan
maupun sang pengajar, maka Agus Sampurno adalah salah satunya. Melalui blog
yang ia kelola sejak 2007 itu, ia berbagi solusi serta inovasi sistem
pengajaran yang cukup menarik. Ia membangun ruang diskusi dan demokrasi
bagi para guru yang juga ingin berbagi pengalaman mengajar.
Tulisan-tulisannya juga banyak bercerita tentang teori-teori
pendidikan, strategi pengajaran efektif, integrasi teknologi dengan
pembelajaran, serta tips-tips yang mudah diterapkan dalam kegiatan
mengajar sehari-hari di sekolah.Saya juga setuju dengan cara mengajarnya
yang memang sedikit berbeda. Ia hanya melontarkan beberapa pertanyaan
lalu membiarkan siswanya berani tampil dan menjelaskan jawabannya kepada
kawan-kawan sekelasnya. Baginya, cara tersebut membuat kelas menjadi
“ramah” secara intelektual karena memberikan kesempatan kepada
murid-muridnya untuk mengeksplorasi ilmu.
Menurut saya, hal ini sangat penting, karena dengan cara ini,
seorang guru dapat merangsang kemampuan analisa, rasa percaya diri,
maupun kemampuan public speaking dari masing-masing muridnya.Mengamini
pepatah apa yang kita tanam adalah apa yang kita tuai, tepat pada
perayaan On Off tahun lalu, ternyata Agus Sampurno, si guru kreatif ini
pun meraih Juara Guraru Award ACER 2011 mengalahkan lebih dari 200 peserta lainnya.
Award ini sendiri diberikan khusus kepada guru-guru yang telah
berdedikasi dengan memanfaatkan teknologi.Melihat apa yang telah
dilakukan Agus Sampurno, pikiran saya kemudian tertuju kepada salah satu
inisiatif PSF dalam mencetak guru-guru berkualitas dunia melalui Sampoerna School of Education (SSE).
Sejak pertama kali didirikan pada 2009, kampus ini sengaja didesain
untuk mencetak guru guru berstandar internasional, termasuk aware
dengan pemanfaatan ICT seperti yang dilakukan oleh Agus Sampurno tadi.
Kelak jika mereka lulus dan terjun ke sekolah sekolah, mereka mampu
bersaing secara internasional dalam memberikan pengajaran yang
berkualitas tinggi.Jika semua pihak saling bersinergi dalam memajukan
kualitas guru, maka pendidikan nasional yang berkualitas tentu bukanlah
sebuah keniscayaan. Pemerintah, swasta, serta semua masyarakat termasuk
keluarga, sangat berperan penting dalam mewujudkan cita cita undang
undang dasar kita. Bahwa pendidikan berkualitas merupakan hak setiap
penduduk Indonesia
Bagaimana menurut Anda?
Pemanfaatan TIK dan sosial media dalam pembelajaran
Seminar yang merupakan pembuka dari deklarasi IGI cabang Bogor pada tanggal 28 April 2012 dihadiri oleh guru yang ada di Bogor dan sekitarnya. Ada dua hal atau tema besar yang dibahas dalam acara workshop kali ini. Yang pertama adalah bagaimana meningkatkan kemauan guru untuk menggunakan teknologi dan yang kedua adalah mengubah pandangan guru dalam memandang social media untuk pembelajaran.
Guru yang hadir saya ajak untuk menelaah kembali hal-hal apa yang sudah atau belum mereka lakukan di kelas. Karenanya dalam membuat teknologi akrab di kelas dan menjadi andalan dalam membuat murid jadi semakin sennag belajar perlu prinsip sebagai berikut
- menerapkan konsep tutor sebaya
- Mulai dari hal yang menyenangkan
- Menerima kenyataan bahwa murid lebih pandai dalam hal penggunaan teknologi.
- Senang berbagi situs yang menarik pada sesama guru, senang bertanya pada guru yang lebih yunior dalam menggunakan teknologi.
Keempat hal diatas saya sudah terapkan dan saya percaya bisa mempercepat proses integrasi dan pemanfaatan TIK di kelas. Bicara mengenai pemanfaatan TIK belum lengkap rasanya jika belum memasukkan penggunaan social media dalam dunia pendidikan dan pembelajaran di kelas. Beberapa resep yang saya hadirkan kepada guru yang hadir adalah;
- Jika guru saja sebagai orang dewasa menyukai social media (FB dan sejenisnya) apalagi siswa.
- Gunakan cara pandang murid kita terhadap social media
- Cara pandang anda terhadap sosial media berbanding lurus dengan situasi di kelas anda
Menurut saya hal ini bisa terjadi karena guru lebih banyak memonopoli komunikasi di kelas sedangkan murid jarang dibiarkan punya kesempatan berbicara serta mengutarakan secara santai apa yang dirasakannya.
Sebaliknya guru yang senang menggunakan social media biasanya dalam kesehariannya bersikap demokratis dan saat yang sama menerapkan prinsip ‘tegas dan ramah’ kepada siswanya.
–
Guru – Murid di Social Media, Sebaiknya Bagaimana?
2 April 2012
Sebagian dari para guru tentu sudah aktif di social media
(Twitter & Facebook) dan juga terkoneksi dengan para siswa di
channel2 tsb. Sejauh mana sebaiknya hubungan guru-siswa di social media?
Apakah menempatkan diri sebagai teman atau masih menjaga ketat peran
sebagai guru yg berhak mengingatkan? Sebagai contoh bila kita melihat
siswa berkata kotor/marah-marah di status Facebook, apa yg sebaiknya
dilakukan… Mengingatkannya via channel tsb atau mengajaknya diskusi
secara tatap muka?
Terima kasih.
Jawaban:
Terima kasih atas pertanyaan yang diberikan.
Dalam konteks pendidikan, sosial media adalah gambaran kehidupan nyata di kelas. Di kelas situasinya beragam, jika gurunya kaku maka situasi kelas juga akan terasa dingin dan tanpa dialog. Sebaliknya jika situasi kelas demokratis semua pihak bisa memberikan pendapat sepanjang relevan dan guru bersikap tegas tapi ramah. Sosial media hadir menantang kebekuan yang terjadi di kelas-kelas yang diajar oleh seorang guru yang biasa mengajar ‘satu arah’. Padahal semua orang setuju dunia pendidikan itu dinamis dan terus berkembang. Kelas yang gurunya hanya sibuk berceramah dan cenderung satu arah akan terlihat kurang menarik jika dibandingkan dengan gaya komunikasi yang ada di dunia sosial media. Uniknya menghadapi kelas yang Di dunia sosial media semua orang dianggap sama, yang membedakan satu individu dengan individu lainnya adalah kontribusi atau sumbangan pemikiran pada orang lain .
Dalam dunia sosial media sebaiknya guru punya fan page dan tidak langsung berteman dengan siswa di Facebook. Biarkan siswa jadi fan gurunya di facebook. Jika anda sebagai guru sudah terlanjur berteman dengan siswa di FB misalnya, maka konsekuensi untuk mengingatkan siswa terus menerus akan anda terima sebagai konsekuensi. Jika ada murid yang berkata kotor cukup ingatkan saja (langsung atau lewat inbox) bahwa semua yang mereka tuliskan di dunia sosial media tidak akan hilang walaupun sudah dihapus.
Ingatkan juga bahwa di masa depan orang akan melihat rekam jejak seseorang bukan dari surat kelakuan baik yang dikeluarkan oleh kepolisian tetapi dari hasil pencarian lewat google. Lebih baik sarankan siswa untuk isi halaman sosial medianya dengan foto yang menunjukkan pencapaian atau prestasi. untuk anak yang senang seni misalnya minta ia upload gambar atau hasil lukisannya.
Semua hal yang saya sebutkan diatas hanya bisa ditiru siswa jika sebagai guru kita memberikan contoh. Isi facebook kita dengan hal positif dan jauhi berkeluh kesah lewat sosial media.
Terima kasih.
Jawaban:
Terima kasih atas pertanyaan yang diberikan.
Dalam konteks pendidikan, sosial media adalah gambaran kehidupan nyata di kelas. Di kelas situasinya beragam, jika gurunya kaku maka situasi kelas juga akan terasa dingin dan tanpa dialog. Sebaliknya jika situasi kelas demokratis semua pihak bisa memberikan pendapat sepanjang relevan dan guru bersikap tegas tapi ramah. Sosial media hadir menantang kebekuan yang terjadi di kelas-kelas yang diajar oleh seorang guru yang biasa mengajar ‘satu arah’. Padahal semua orang setuju dunia pendidikan itu dinamis dan terus berkembang. Kelas yang gurunya hanya sibuk berceramah dan cenderung satu arah akan terlihat kurang menarik jika dibandingkan dengan gaya komunikasi yang ada di dunia sosial media. Uniknya menghadapi kelas yang Di dunia sosial media semua orang dianggap sama, yang membedakan satu individu dengan individu lainnya adalah kontribusi atau sumbangan pemikiran pada orang lain .
Dalam dunia sosial media sebaiknya guru punya fan page dan tidak langsung berteman dengan siswa di Facebook. Biarkan siswa jadi fan gurunya di facebook. Jika anda sebagai guru sudah terlanjur berteman dengan siswa di FB misalnya, maka konsekuensi untuk mengingatkan siswa terus menerus akan anda terima sebagai konsekuensi. Jika ada murid yang berkata kotor cukup ingatkan saja (langsung atau lewat inbox) bahwa semua yang mereka tuliskan di dunia sosial media tidak akan hilang walaupun sudah dihapus.
Ingatkan juga bahwa di masa depan orang akan melihat rekam jejak seseorang bukan dari surat kelakuan baik yang dikeluarkan oleh kepolisian tetapi dari hasil pencarian lewat google. Lebih baik sarankan siswa untuk isi halaman sosial medianya dengan foto yang menunjukkan pencapaian atau prestasi. untuk anak yang senang seni misalnya minta ia upload gambar atau hasil lukisannya.
Semua hal yang saya sebutkan diatas hanya bisa ditiru siswa jika sebagai guru kita memberikan contoh. Isi facebook kita dengan hal positif dan jauhi berkeluh kesah lewat sosial media.
Wawancara Guru Era Baru 2011
2 April 2012
Guraru Award 2011 baru saja berakhir. 3 guru terpilih
sebagai guru – guru yang memanfaatkan teknologi internet dalam proses
belajar mengajar. Mari berkenalan satu persatu.
Kali ini dengan Pak Agus Sampurno, seorang guru
Sekolah Dasar Internasional di Jakarta. Guru yang berpengalaman mengajar
lebih dari 10 tahun ini mengembangkan metode-metode kreatif dalam
Kegiatan Belajar Mengajar di kelas. Hal ini bisa dilihat dari isi
blog-nya yang mengangkat beragam topik, mulai dari teori-teori
pendidikan, strategi pengajaran yang efektif, integrasi teknologi dengan
pembelajaran, tips-tips yang mudah diterapkan dalam kegiatan mengajar
sehari-hari, kreatifitas dalam membuat kegiatan belajar yang menarik
berdasarkan subjek dan topik yang berbeda, administrasi kelas serta
pendekatan dalam mengajar yang terkini. Pak Agus terpilih sebagai
penerima penghargaan dari Aksi Guru, sebuah program kerjasama antara
Citi Success Fund (CSF) dan Hope Indonesia. Mari berkenalan & baca
tulisan-tulisannya di http://gurukreatif.wordpress.com/ dan ikuti letupan serta ide kreatifnya di akun twitter http://twitter.com/gurukreatif
Yuk simak wawancara dengan beliau:
Bagaimana perasaan Bapak ketika terpilih menjadi satu dari 3 guru penerima Acer Guraru Award? Perasaan saya senang dan terharu, saya tidak menyangka media blog yang saya jadikan sarana untuk berbagi pengetahuan dan cerita keseharian saya mengajar diapresiasi sedemikian rupa oleh sebuah nama besar dalam bidang teknologi komunikasi yaitu Acer.
Saya juga langsung mengingat masa-masa dimana kejenuhan mengajar melanda saya di tahun 2007an. Saat itu saya merasa dunia pendidikan dan profesi keguruan begitu berat dan memakan banyak energi untuk bisa bertahan. Perasaan tadi hilang sedikit demi sedikit ketika saya membuat blog.
Dari tanggapan pembaca yang masuk, saya jadi sadar bahwa kesulitan dan kejenuhan yang saya alami tidak seberapa dibanding tantangan yang rekan-rekan guru hadapi. Hal yang menarik lainnya adalah aktivitas yang saya anggap rutinitas ketika saya menulisnya di blog ternyata sebuah hal yang berharga untuk dijadikan masukan atau tambahan ide mengajar bagi guru-guru lain.
Apa motivasi dan harapan Bapak saat hendak mengikuti program Acer Guraru Award?
Saya ingin mensupport semua pihak yang mengusahakan dan mensponsori kegiatan yang dekat dan berujung pada peningkatan kompetensi guru. Ajang Acer Guraru Award adalah upaya terbaik dalam membuat guru tertantang untuk berkreasi lebih baik lagi.
Guru era baru bukan guru yang sekedar pintar bidang IT atau jago membuat blog, ia juga mesti bisa sabar dan menginspirasi guru lainnya lewat kata dan tindakan untuk bisa menjadi guru yang lebih baik lagi bagi siswanya.
Apa saja pengalaman berharga, suka duka Bapak dalam mengikuti program Acer Guraru Award?
Pengalaman yang paling berharga adalah soal membina dan mengapresiasi pembaca yang dengan setia mengikuti blog saya. Ajang ini seperti mengingatkan saya untuk makin setia pada pembaca.
Ajang Guraru Award bukan soal dukung mendukung atau dinilai dari banyaknya dukungan. Karena saya yakin juri malah melihat seberapa erat dan intensitas ‘conversations’ atau percakapan yang terjadi di blog antara anda dan pembaca.
Saya juga menjadi semakin yakin bahwa prinsip utama membuat blog adalah ‘it’s all about them and not about me’. Suguhkan semua yang terbaik untuk pembaca, kalaupun ada hal mengenai diri kita sebagai pembuat blog lakukan dengan halus agar tidak terasa menggurui atau merasa ‘lebih’ dari yang lain.
Apa saja kegiatan yg bapak telah Bapak ikuti selama menjadi ambassador Acer?
Saya menikmati sekali semua hal yang menjadi kewajiban yang menyenangkan sebagai konsekuensi terpilihnya diri saya sebagai Guru era baru. Misalnya bisa bertemu dan berbicara di depan guru-guru lainnya di seluruh Indonesia lewat workshop dan seminar, dan bisa mengenal personil dari Acer yang begitu besar empatinya bagi pendidikan.
Menurut Bapak, pentingkah guru menguasai tekologi, di luar penguasaannya akan materi yang diajarkan? Dan mengapa?
Guru yang sudah baik akan semakin menjadi baik cara mengajarnya jika ditunjang dengan teknologi. Teknologi sekarang ini bukan cuma digunakan untuk mengajar dan mencari bahan ajar. Boleh saja sebagai guru kita mengatakan bahwa yang kita ajarkan di kelas bukan komputer atau pelajaran teknologi informasi dan komunikasi, namun sejatinya semua guru saat ini adalah guru komputer atau guru TIK, mengingat siswa sekarang begitu gandrung dan senang terhadap teknologi. Teknologi juga membebaskan guru dari belenggu isolasi, jika dahulu teman kita sesama guru adalah guru yang berada di satu sekolah, sekarang tidak lagi. Dengan teknologi guru bisa terhubung dengan guru lainnya. Lewat blog misalnya, guru bisa memfungsikan blog sebagai sarana berbagi pengetahuan dan mendapatkan semangat baru dalam mengajar lewat interaksi dengan sesama guru yang berkunjung ke blognya.
Lalu, sebenarnya seberapa besar porsi internet membantu proses belajar mengajar di kelas yang Bapak ajarkan?
Internet sangat membantu saya dalam mencari bahan ajar, membuat lembar kerja sendiri dan melihat apa yang guru-guru lakukan di belahan dunia lain. Dengan internet saya menjadi mengerti untuk pembahasan hal yang sama yang saya lakukan, apa yang diperbuat oleh guru-guru lainnya. Dengan demikian cara mengajar saya makin lama makin variatif, hal ini juga yang membuat saya merasa berhasil dan tambah mencintai profesi sebagai pendidik.
Apakah ada pesan – pesan untuk para guru di Indonesia, terlebih lagi yang bergabung di htpp://guraru.org?
Mari menikmati proses. Sebab sesulit apapun hambatan atau sesusah apapun masalah yang menimpa kita, entah karena masalah sarana mengajar yang minim, motivasi siswa yang rendah atau dukungan dari sekolah yang kecil. Nikmati itu semua sebagai proses, sambil terus mensucikan niat, karena dimana ada kemauan disitu ada tantangan.
Dan tantangan itu juga yang membuat diri kita sebagai guru semakin matang, semakin profesional, semakin bisa merasakan keberkahan sebagai pengajar dan pendidik.
Jika ada masalah saat mengajar atau saat di sekolah pikirkan jalan keluarnya. Jika sudah ditemukan buat lah blog dan berbagilah lewat blog atau twitter agar guru lain yang membaca bisa mengambil manfaat sekaligus mendoakan untuk kesuksesan anda sebagai orang yang telah ikhlas dan berkomitmen untuk berbagi tips yang berguna bagi orang lain.
Pembelajaran Kreatif, Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan
(diskusi twitter @gurukreatif dengan @guraruID)
Gembira berinteraksi dengan guru
Senin malam (26/03/2012) ada diskusi pendidikan baru di twitter,
karena memang sebelumnya saya sudah mengenal diskusi yang dimoderasi
oleh @bincangedukasi dengan tagar #TwitEdu. Kalau saya memantau di
linimasa @guraruID yang juga saya ikuti sepertinya ini adalah hal yang
baru dilakukannya. Sosial media bisa dimanfaatkan untuk berdiskusi
dengan kelebihannya. Bukti baru bahwa sosial media bisa untuk
meningkatkan pengetahuan untuk kemajuan pendidikan.Di awal diskusi #GuraruTalk ini membahas tema “Pendidikan Kreatif” sebenarnya hal tersebut bisa meluas tidak hanya kreatif, tetapi juga aktif, efektif, inovatif dan menyenangkan atau kepanjangan dari PAIKEM. Sebagai narasumber di diskusi #GuraruTalk ini adalah @gurukreatif (Agus Sampurno) yang diawali dengan pertanyaan dari @GuraruID, setidaknya ada 5 pertanyaan awal, yaitu:
1. Menurut @gurukreatif , apa sih yang dinamakan kreatifitas dalam diri seorang guru?
Kreativitas dalam diri seorang guru terbentang dari kreatif dalam mengajar, kendalikan perilaku siswa sampai berkomunikasi dengan orang tua siswa. Guru yang kreatif terkadang malah tidak merasa dirinya ‘kreatif’ yang ada ia dalam keseharian selalu merasa ‘haus’ untuk yang terbaik. Cara terbaik merasakan diri kreativitas dalam diri Anda adalah jika siswa senang, sibuk, dan fokus saat Anda mengajar. Ciri lainnya siswa katakan “yaaaa…” saat Anda mengakhiri pembelajaran, tanda sebenarnya mereka masih enjoy belajar. Kreatif membutuhkan antusiasme & guru menempatkan diri dalam diri siswa.
2. Bagaimana seorang guru dapat menularkan kreatifitas pada siswanya tanpa keluar dari proses belajar mengajar?
Siswa bisa kreatif di kelas jika gurunya pandai memandu lewat pertanyaan-pertanyaan, bahkan jika siswa menjawab keluar dari ‘rel’. Semua siswa pada dasarnya kreatif itulah mind set guru kreatif. Semua siswa kreatif sesuai dengan gaya belajarnya, tugas guru memberikan ‘panggung’ untuk setiap tipe ‘kecerdasan’. Jika murid malah kreatif di luar sekolah, tanda bahwa guru dan sekolah mesti berubah. Siswa kreatif itu ribut di kelas sedangkan siswa yang ribut terus di kelas itu pertanda karena gurunya kurang kreatif. Kelas yang baik adalah siswa di dalamnya senang belajar, gembira berinteraksi dengan guru yang menerima ia apa adanya.
3. Menurut @gurukreatif , apa indikasi yang bisa dipakai untuk mengukur kreatifitas guru?
Indikasi kreativitas guru adalah setiap bangun pagi hatinya senang karena tahu hari ini mesti melakukan apa. Setiap saat di kelas adalah waktu yang berharga, guru memulai kelas tepat waktu. Guru selalu berbaik sangka pada siswa, panjang ‘urat sabar’nya.
4. Kreatifitas identik dengan inovasi, ataupun kebebasan. Bagaimana pendapat @gurukreatif?
Kreativitas di kelas lahir dari guru yang pandai membatasi siswanya tanpa siswa sadar. Guru yang pandai berinovasi sudah pasti kreatif, ia membiarkan sifat ‘bermain’ dalam dirinya. Ukuran kreatif tiap guru berbeda, namun ukuran kreatif bagi siswa sama, ia muncul lewat senyum dan kegairahan saat belajar.
5. Apakah @gurukreatif memiliki tips atau saran agar guru – guru menjadi lebih kreatif?
Saat ingin kreatif, seorang guru mesti sadar betul bahwa waktu adalah halangan sekaligus energi terbesar.
Setelah memperhatikan tanya jawab antara @GuraruID dan @gurukreatif dibuka tanya jawab untuk yang menyimak tagar #GuraruTalk, diantara pertanyaan yang muncul adalah sebagai berikut:
@bulubagus: Bagaimana cara menciptakan suasana dan pembelajaran kreatif di setiap pelajaran dari guru ke siswa?
Presentasi belajar kreatif: 10% guru menerangkan, 70% siswa beraktivitas dipandu guru & 20% refleksi.
@TamiHanif : Kalau untuk sekolah ‘biasa’ kegiatan belajar yang kreatif itu menarik & seru. Tetapi untuk anak-anak kami itu ‘biasa aja’. Bagaimana menyiasatinya?
Sebenarnya kesukaan siswa di mana saja sama, coba buat angket/survey kecil-kecilan mereka maunya bagaimana.
@mirajunnn : Bagaimana cara mendapatkan ide-ide pembelajaran kreatif? Jadi guru kreatif gak mudah kan? Bagaimana proses untuk bisa jadi guru kreatif?
Ide guru kreatif datang dari mana saja, karena itu ia senang mencatat, ia senang bertanya & memperhatikan.
Itulah rekap dari diskusi perdana #GuraruTalk di twitter, masih ada beberapa pertanyaan lain, tetapi hanya itu yang bisa saya tulis tetapi secara umum pertanyaan mendasar tentang menciptakan pembelajaran yang kreatif sudah terjawab. Salah satu enaknya diskusi ada narasumbernya adalah memudahkan dalam mencari solusi dan jawaban yang didasari dengan pengetahuan dan pengalaman. Karena twitter juga memiliki keterbatasan yaitu hanya dibatasi 140 karakter dan tidak terarsipkan dengan baik, semoga rekapan diskusi #GuraruID Menciptakan Pembelajaran Kreatif ini bisa menjadi bahan bacaan yang utuh dan bermanfaat.
Tipe-tipe guru yang ada di sekolah
5 Maret 2012
Tulisan ini saya kopi paste dari tulisan Bapak Mustafa Kamal di guraru.org silahkan menikmati
Nah, teman saya yang pertama saya juluki guru “ G” alias Google Maniak kok.. Gaptek ya?
Guru ini dari perangkat mengajarnya jelas adalah copy paste
perangkat guru lain dari sekolah lain, atau hasil dari searching dengan
google karena dibawahnya ada nama SMA lain bukan SMA kami (lupa ngapus
kali ya..atau tak tau caranya hehe…)……terus ..media power point yang
digunakan dalam pembelajaran adalah hasil download juga karena nama
pembuatnya tertera disana tentunya bukan nama dia….dan yang ditampilkan
materinya nggak nyambung dengan materi yang dia bawakan waktu itu….!
sepertinya ini guru cari aman saja, jika ditanya perangkat? jawab ada,
ada buat media? jawab ada. Mengerti cara buatnya…..Entah….! pernah saya
sedikit usil meminta guru tersebut memperbesar gambar dalam media power
point itu….dan jawabnya adalah : tidak bisa pak, laptop ini programnya
2007 pak? saya buatnya di program 2003! ooo…..
Akhirnya saya mengangguk2 geli dan bertanya dalam hati….”trus
perangkat dan media ini darimana ya…..!” Dari cara mengajarnya saya liat
adalah dengan membaca saja apa yang tertulis di media tersebut,
kemudian catat …tanpa ada penjelasan lebih lanjut! Kelas hening hingga
akhir…..Good!
Saya sadar ibuk ini sudah tidak muda lagi, sudah 45 tahun.
Mungkin wajar kurang pandai mengoperasikan komputer karena dizaman dia
kuliah belum mengenal yang kayak gini. Mungkin dia upah orang lain untuk
ini semua. Tapi sebagai guru kita harus berkembang setiap hari, tidak
boleh stagnan. tidak boleh jalan ditempat! kita harus mengikuti
perkembangan teknologi! Berat memang….
Teman kedua, saya juluki si ” O” alias Omdo/Omong2 Doank…
Pak guru ini Tipe guru santai, masih muda baru 33 tahun! Ditanya
perangkat tidak ada, Masih pakai yang lama katanya …perangkat lusuh
tujuh tahun yang lalu seperti tertera di cover TP 2003/2004! Ditanya
media, waduh…..tak sempat pak..lupa nanti pasti saya buat pak! beliau
ini tidak bawa buku paket ke kelas, hanya bawa spidol saja…hebaat! Read more…
0 komentar:
Posting Komentar